Kamis, 10 November 2011

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah telah menyebutkan bahwa permusuhan dan tipu daya setan terhadap manusia tercermin dalam tujuh tingkatan.
 

Pertama, kufur dan syirik serta memusuhi Allah dan Rasul-Nya. 
Jika setan berhasil melakukannya terhadap anak Adam, maka rintihannya akan redam dan merasa nyaman dari rasa lelahnya karena kekufuran dan kesyirikan merupakan hal pertama yang diinginkannya dari setiap hamba. Jika setan berhasil dalam upayanya ini, maka setan menjadikan hamba itu sebagai tentaranya. Tentara-tentara setan ini akan menjadi bagian dari propagandis-propagandis setan. Jika setan tidak berhasil, maka ia akan mengalihkannya kepada kejahatan yang kedua, yaitu bid’ah.

Kedua, bid’ah.
Bid’ah lebih disukai setan daripada kefasikan dan kemaksiatan. Jika seorang hamba termasuk orang yang memusuhi ahli bid’ah dan kesesatan, maka setan mengalihkan tipu muslihatnya menuju ketingkatan yang ketiga, yaitu dosa-dosa besar.

Ketiga, dosa-dosa besar
Setan sangat menginginkan seorang hamba terjerumus ke dalam dosa-dosa besar, khususnya jika hamba tersebut adalah seorang ‘alim. Sudah diketahui bahwa para penyebar kekejian kelak mereka akan diazab dengan pedih. Jika setan tidak mampu menggoda dengan cara ini, maka ia akan mengalihkan tipu dayanya ke tingkatan berikutnya, yaitu dosa-dosa kecil.

Keempat, dosa-dosa kecil.
  Dosa-dosa kecil seringkali diremehkan oleh seorang hamba. Padahal jika dosa-dosa kecil ini menumpuk, maka akan membinasakan pelakunya.

Jika setan tidak mampu memperdaya sang hamba, maka tipu dayanya akan beralih pada tingkatan kelima, yaitu menyibukkan hamba dengan perkara-perkara yang mubah.

Kelima, menyibukkan seorang hamba denan perkara-perkara yang mubah (boleh), yang tidak ada pahalanya dan juga tidak ada dosanya. 
Hal ini berakibat pada hilangnya keutamaan pahala disebabkan kesibukannya dengan perkara-perkara mubah tersebut. Jika seorang hamba mampu menjaga waktunya dan bisa mengendalikan hawa nafsunya sehingga setan tidak berdaya menggoda hamba tersebut, maka setan akan beralih pada tipu daya berikutnya.

Keenam, menyibukkan hamba dengan amalan yang tidak utama agar mencegahnya dari amalan-amalan yang utama.

Ketujuh, jika pada “jurus” yang keenam seorang hamba tidak juga terkena tipu daya setan, maka setan memberi “mandat” pada tentaranya dari golongan jin dan manusia agar berbuat aniaya, pengkafiran,  dan penyesatan terhadap hamba tersebut. Tidak lupa, setan memberikan peringatan kepada tentara-tentaranya agar berhati-hati dari hamba tersebut. Setan juga berusaha menjadikan hamba itu tidak dikenal dan memadamkannya agar hatinya kacau sehingga dapat menghalangi manusia untuk mengambil manfaat darinya.

Demikianlah, segala upaya tentara-tentara bathil dari kalangan setan manusia dan jin untuk berkuasa atas hamba tersebut tidak pernah berhenti.

Sumber:
Muhammad Sa’id Al-Qahthani. 2000. Loyalitas dan Anti-Loyalitas Dalam Islam terjemah Salafuddin Abu Sayid. Solo: Era Intermedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar